Individu dalam masyarakat akan mengalami proses
sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat di mana individu itu berada. Penting bagi
sosiologi untuk mempelajari sosialisasi, karena tanpa sosialisasi suatu
masyarakat tidak dapat berlanjut pada generasi berikutnya. Syarat penting
terjadinya proses sosialisasi adalah interaksi social dan komunikasi.
Melalui proses sosialisasi individu diharapkan dapat
berperan sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.
Individu yang baru dilahirkan bagaikan seonggok daging, hanya sebagai makhluk
biologis yang memerlukan kebutuhan biologis seperti minum bila haus, makan bila
lapar dan bereaksi terhadap rangsangan tertentu seperti panas, dingin dan lain
sebagainya. Setelah berinteraksi dengan individu lain yang berada di
sekitarnya, atau dengan perkataan lain setelah mengalami proses sosialisasi
barulah individu tadi dapat berkembang menjadi makhluk social. Faktor-faktor yang mempengaruhi individu agar dapat menjadi makhluk sosial adalah sebagai berikut:
> Faktor keturunan (heredity) atau alam (nature), adalah faktor-faktor yang dibawa sejak lahir dan merupakan transmisi unsur-unsur dari orang tuanya melalui proses genetika, jadi sudah ada sejak awal kehidupan.
> Faktor lingkungan (environment) atau asuhan (nurture), adalah faktor luar yang mempengaruhi organisme yang membuat kehidupan bertahan. Misalnya, pendidikan.
Kedua faktor tersebut sama pentingnya dan saling berinteraksi serta melengkapi dalam membentuk perilaku tertentu dari individu. Jadi perilaku tertentu itu tergantung pada faktor keturunan dan pada apa yang disediakan oleh lingkungannya. Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yakni:
> Sosialisasi primer, merupakan sosialisasi yang pertama dijalani oleh individu semasa kecil, dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak dan keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi.
> Sosialisasi sekunder, sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya, dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, per group, lembaga pekerjaan/lingkungan yang lebih luas.
Desosialisasi, yaitu proses “pencabutan” diri yang dimiliki seseorang, yang kemudian disusul dengan resosialisasi, dimana seseorang diberikan suatu diri yang baru yang tidak saja berbeda tetapi juga tidak sepadan. Bentuk sosialisasi sekunder lainnya adalah anticipatory socialization yang mempersiapkan seseorang untuk peranan yang baru. Sosialisasi antisipatrois ini mendahului perubahan status dari suatu kelompok ke kelompok lain, atau dari suatu jenjang pendidikan/pekerjaan ke jenjang yang lebih tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar