Hakikat Manusia Ditinjau Dari Segi Sosiologi


> Filsafat Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara termasuk aliran filsafat pendidikan yang menganut definisi pendidikan, apabila dilihat dari sudut aliran filsafat pendidikan evolusionistis yang lebih menekankan tangga-tangga psikologis perkembangan manusia. Suatu konsep pendidikan yang lebih mengarahkan orientasinya pada aspek-aspek kehidupan modern yang kompleks dan rumit kaitannya, yang lebih individualisis sehinga menuntut kemampuan individual masing-masing pribadi dalam mengadakan penyesuaian kehidupan psikologisnya. Konsep tentang anthropologi filsafat apabila tidak dirumuskan dalam definisi pendidikan dapat dicari pada rumusan tentang tujuan pendidikannya. Sebagai contoh dalam sejarah pemikiran filsafat pendidikan Indonesia, kita dikenalkan dengan salah satu rumusan tujuan pendidikan sebagai berikut: Membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab atas kesejahteraan Negara dan tanah air. Dalam rumusan ini hakekat manusia sebagai suatu aspek yang bernilai martabat yang sama, sehingga yang satu tidak boleh menghisap yang lain, artinya manusia dihisap warga negara sehingga mengarah ke terhisapnya kepentingan individu demi kepentingan dan kejayaan Negara, dan sebaliknya hilangnya aspek warganegara dan mengarah ke individualisme yang otomistis. Suatu ilustrasi tujuan pendidikan yang mengarah ke penghisapan individualitas manusia ke dalam konsep warganegara adalah definisi pendidikan di bawah ini: Pendidikan adalah kegiatan atau proses yang mana individual dibina agar loyal setia tanpa sarat dan penyesuaian membuka pada kelompok.
> Manusia dan Pendidikan
Hubungan antara manusia dengan pendidikan diawali daripertanyaan: "apakah manusia dapat dididik?. Ataukah manusia dapat bertumbuh dan berkembang sendiri menjadi dewasa tanpa perlu dididik? Kedua pertanyaan itu sejak lama telah menjadi bahan yang dikaji oleh para ahli didik barat, yaitu sejak zaman Yunani Kuno. Pendapat yang umumnya dikenal dalam pendidikan Barat mengenai mungkin tidaknya manusia dididik terangkum dalam tiga aliran filsafat pendidikan. Aliran-aliran tersebut adalah nativisme, empirisme, dan kovergensi. Menurut nativisme, manusia tidak perlu dididik sebab perkembangan manusia sepenuhnya oleh bakat yang secara alami sudah ada pada dirinya ditentukan, sedangkan menurut penganut empirisme adalah sebaliknya. Perkembangan dan pertumbuhan manusia sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya. Dengan demikian aliran ini memandang pendidikan berperan penting dan sangat menentukan arah perkembangan manusia (Jalaluddin dan AliAhmad Zen, 1996:52). Adapun aliran ketiga, yaitu konvergensi merupakan perpaduan antara kedua pendapat tersebut. Menurut mereka memang manusia memiliki kemampuan dalam dirinya (bakat/potensi), tetapi potensi itu hanya dapat berkembang jika ada pengarahan pembinaan serta bimbingan dari luar (lingkungan). Harus ada perpaduan antara factor dasar (potensi dan bakat) dan ajar (bimbingan) . Perkembangan seorang manusia tidak hanya ditentukan oleh kemampuan potensi/ bakat yang dibawanya. Tanpa ada intervensi dari luar(lingkungan) bakat / potensi seseorang tak mungkin berkembang dengan baik. Lebih jauh Kohnstam menambahnya dengan kemauan. Dengan demikian menurutnya, kemampuan seseorang akan berjalan dengan baik dan dapat dikembangkan secara maksimal, apabila ada perpaduan antara faktor dasar (potensi), faktor ajar(bimbingan) serta kesadaran dari individu itu sendiri untukmengembangkan dirinya. Jadi disamping faktor potensi bawaan dan bimbingan dari lingkungan, untuk mengembangkan diri seseorang  perlu didorong oleh motivasi intrinsik (dorongan dari dalam dirinya).

0 komentar:

Posting Komentar