Kecelakaan Semakin Banyak Memakan Korban, Mengapa???


Melihat kondisi lalu lintas di negeri ini, begitu menyesakkan dada karena sangat terlihat kacau balau dan tidak teratur. Kekacauan yang terjadi tidak hanya di jalan raya tapi sampai ke instansinya.Sistem kerja di instansi terkait juga tidak kalah morat-marit hingga akhirnya mempengaruhi angka kecelakaan di negeri ini. Pelanggaran-pelanggaran lalu lintas hampir dengan mudah setiap hari kita temui, baik yang berakhir dengan kecelakaan maupun yang aman-aman saja. Jika kita lihat dan amati banyak siswa SLTP yang membawa sepeda motor, saya berani mengatakan bahwa hal tersebut jelas merupakan suatu pelanggaran, karena anak seumuran tingkat SLTP sudah pasti belum memiliki SIM karena umurnya belum memenuhi syarat untuk membuat dan memiliki SIM tersebut. Belum lagi bagaimana perilaku siswa SLTP saat berkendara di jalan raya, hampir sebagian besar pemicu kecelakaan itu karena mereka yang sering ugal-ugalan ketika mengendarai kendaraan di jalan raya. Hal tersebut tidak hanya merugikan diri pengendara itu sendiri tetapi juga merugikan pengendara dan pengguna jalan lain. Mencari siapa yang salah dalam masalah kecelakaan tersebut sangatlah sulit. Seperti yang saya katakan tadi sebelumnya, ini merupakan komplikasi. Apabila mau menyalahkan mungkin itu salah semuanya, sampai ke pemerintahnyapun ikut salah, dan akar permasalahan saya kira ada pada instansinya.
> Kepolisian melalui divisi SIM-nya.
Kenapa mereka berani mengeluarkan SIM untuk pemohon yang belum memenuhi syarat. Kalau saya tidak salah dan makna SIM belum berganti, SIM kependekan dari Surat Ijin Mengemudi. Artinya, siapa saja yang permohonan SIM-nya dikabulkan berarti dia sudah diberi ijin, sudah diperbolehkan untuk berkendara di jalan raya dengan dasar orang tersebut sudah memenuhi semua persyaratan. Tetapi kenapa ada pemilik SIM yang masih dibawah umur, dan anehnya ketika terkena razia pemilik SIM dinyatakan bersalah karena pemalsuan umur, hal tersebut benar-benar membuat saya bingung dan tidak mengerti dengan peraturan sebenarnya.
> Dinas Pekerjaan Umum.
Entah apa namanya instansi ini sekarang, yang jelas instansi yang bertanggung jawab membuat dan merawat jalan raya. Jalan raya dengan banyak aksesoris, cuma ada di negeri ini. Aksesoris jalan bisa berupa batang pohon pisang, kolam ikan di tengah jalan, jalan yang mirip lensa cekung/cembung, dan banyak lagi. Ini yang saya bilang hebat, karena model jalan seperti ini hanya ada di Indonesia. Gimana grafik kecelakaan tidak meningkat apabila kondisi jalannya seperti ini. Anehnya, pihak instansi tetap santai terhadap masalah ini, alasannya klasik, karena tidak ada biaya. Lalu kemana pajak yang kita bayar tiap tahun itu jika tidak dipergunakan untuk memperbaharui semua itu.
Pemerintah.
Pemerintah dalam mengatur distribusi kendaraan bermotor tidak mempertimbangkan daya tampung maksimal jalan raya. Kita sama-sama tahu, sebagian besar jalan raya yang ada di negeri ini masih relatif sempit, belum sepenuhnya siap untuk menampung kendaraan bermotor dalam jumlah yang cukup besar. Apabila distribusi kendaraan bermotor tidak diimbangi dengan penambahan daya tampung jalan, yang terjadi kemudian adalah jalan menjadi terlalu padat, frekuensinya terlalu tinggi, dampaknya sering terjadi kemacetan lalu lintas dan lebih vatalnya, kecelakaan lalu lintas. Harus ada keseimbangan antara jumlah pemakai jalan dan kapasitas jalan. Ini penting, tujuannya agar kondisi lalu lintas selalu dalam kondisi ideal, dan jalan tidak cepat rusak. Tetapi kenyataanya, jumlah kendaraan bermotor sekarang luar biasa banyak, baik tipe dua roda maupun tipe empat roda. Jadi tidak heran jika kemacetan sering kali terjadi terutama di kota-kota besar, dan di sisi lain angka kecelakaan lalu lintas juga semakin tinggi.
Masih banyak lagi instansi-instansi lain yang ikut bertanggung jawab dalam masalah tersebut, karena ini merupakan masalah kompleks. Tapi bukan berarti kita bersih dalam masalah ini. Sebaik dan sebagus apapun sebuah instansi dalam menjalankan peraturan, jika tidak diimbangi dengan kesadaran hukum dari masyarakatnya sama saja bohong. Jadi kesimpulannya semua harus dimulai dari diri kita masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar